MATAHARI DAN BULAN : PERTEMUAN AWAL DI PESTA SEBUAH KISAH CINTA SEGITIGA ANTARA BULAN, BINTANG, DAN MATAHARI
Kisah cinta Matahari dan Bulan yang penuh dengan kejutan untuk hati dengan beragam rasa perasaan yang tak menentu
APAKAH KISAH CINTA MATAHARI DAN BULAN BISA BERSATU? LALU SIAPAKAH YANG AKAN MEMILIKI MATAHARI SEBAGAI KEKASIH YANG SEPENUHNYA?
Bagaimanakah kisah cinta Matahari dan Bulan yang dramatis ini? Akankah cinta mereka menyatu bersama dan Bagaimana dengan Bintang dan Matahari? Apakah ternyata mereka berdua lah yang akan menjadi pasangannya?
Sebuah cerita yang menggambarkan tentang dilemma oleh Cinta segitiga. Seorang gadis bernama Bulan, berusia 19 Tahun dan seorang pria lajang berusia 20 Tahun bernama matahari.
Dua remaja yang sedang menuju beranjak dewasa ini menjalin suatu hubungan dalam ketidakpastian. Mungkin bisa dikatakan " Hubungan Tanpa Status ". Yah hubungan yang penuh dengan rasa sayang namun tidak pasti dan tidak jelas bagaimana status hubungan mereka.
Suatu hari dalam sebuah acara pentas, bertemulah dua insan ini yang tengah menghadiri acara pentas kesenian yang diadakan oleh suatu Group Kesenian. Dan saat itu matahari masih memiliki hubungan dekat dengan teman baik ku yaitu bernama bintang.
( Dalam acara terebut )
" Hai bulan ... " Sapa bintang kepadaku
" Hai bintang ... " Jawabku dengan senyum kecilku untuk bintang dan matahari yang memang bintang adalah teman yang sangat ramah terhadapku.
Dalam acara tersebut kami bertiga saling berbincang satu sama lain, seperti halnya pertemanan yang baik, Bintang saat itu mengenalkan matahari kepada ku dengan senang hati dan tanpa rasa curiga atau ragu.
Bintang terlihat bahagya dan bangga bersama matahari yang memang memiliki karakter pendiam dan tidak banyak bicara dan hanya tampil dengan senyuman manis yang berkharisma yang seringkali dilemparkan kepada setiap orang yang menanggapinya dengan baik. Termasuk kepadaku yang merasakan senyuman itu terasa sekali sampai di hati.
Entah kenapa pada hari itu, dimana acara pesta yang seharusnya aku fokus pada acara, aku tidak bisa menikmati acara tersebut, lantaran aku lebih memilih menikmati perkenalan-ku dengan matahari yang tengah dekat dengan teman baikku saat itu.
Demi Tuhan saat itu aku sangat merasa bahagia sekali dengan perkenalan ku dengan matahari. Sampai-sampai tak ingin jauh dan berhenti memandanginya. Sesekali setiap aku mengajaknya dengan obrolan basa-basi aku seringkali melihatnya dengan tatapan yang dalam. Begitupun matahari, entah mengapa dia menatapku seperti sesuatu yang dalam pula. Mungkin saat itu aku hanya terbawa perasaanku saja atau memang matahari benar-benar melakukannya dengan niatnya. Entahlah saat itu aku belum memahami sepenuhnya.
Tiba-tiba terlintas dalam fikiran ku dengan pertanyaan yang menurutku adalah pertanyaan wajar bagi seorang gadis yang menyukai pria lajang. Yahh pertanyaan untuk diri sendiri mengenai hati yang ingin memiliki.
" Andai saja aku yang memiliki Matahari mungkin aku akan bahagia dan setia mencintainya, tapi kapan aku bisa memiliki ? Apakah aku harus menunggu nya sampai Matahari lepas dari Bintang ?" Bisik hatiku berandai-andai dan bertanya tentang rasa yang tidak mungkin aku ucapkan saat itu.
Pertanyaan yang menurutku tidak mungkin aku ucapkan langsung itu adalah pertanyaan yang aku pendam Samapi waktu yang tepat untuk aku tanyakan langsung.
Saat acara itu aku menjaga perasaan teman baik ku yang mungkin saat itu memiliki rasa yang besar terhadap matahari. Dan aku pun tetap menunjukan sikap yang biasa saja terhadap matahari meskipun hati sebenarnya menginginkan hal yang lebih. Entah rasanya ingin sekali dekat dengannya, namun tidak ada kemungkinan untuk saat itu.
Ya Tuhan benar-bebar saat itu aku memiliki rasa khusus untuk matahari. Entah apa yang membuat aku suka kepadanya. Apa mungkin dari tampilan dirinya yang sederhana namun mempesona dengan karakter pendiam dan senyum yang ramah membuatku merasa bahagya. Entahlah apa dan kenapa saat itu aku benar-benar menyukainya Sampai aku memiliki harapan untuk berdua bersamanya.
Bintang yang tidak tahu tentang perasaanku saat itu, dia hanya menanggapi becanda ku dengan matahari adalah candaa-an yang benar-benar hanya bercanda. Dia tidak mengetahui bahwasannya candaku saat itu terhadap matahari sebenarnya adalah candaan dari hati yang tak sanggup untuk mengucapkannya hanya karena untuk menjaga hubungan pertemanan ku dengannya.
Jujur saja saati itu ada perasaan sedikit bersalah kepada bintang, namun aku berfikir mungkin perasaanku ini tidaklah salah, karena matahari aku yakin tidak mencintai bintang. Terlihat dari tatapannya yang tajam menatapku seakan-akan matahari menjelaskan semua itu kepadaku.
"Yahhh ... Aku yakin matahari tidak mencintai bintang, aku yakin dia hanya dekat saja sebatas pertemanan biasa dan aku yakin matahari hanya menjaga perasaan bintang saat itu yang memang sudah terlanjur baik kepadanya." Tegas-ku untuk meyakinkan hati-ku yang saat itu mulai merasakan jatuh cinta kepada matahari.
Waktu pun semakin berlalu dengan pertemuan pertama hari itu yang memang matahari meninggalkan kesan tersendiri ketika dia menatapku dari jauh dengan tajam bersama senyumannya yang membuat ku penasaran dan penuh harapan untuk memilikinya.
Diakhir acara pesta yang sudah menjelang sore akhirnya kamipun berpisah. Bintang dan Matahari pulang berdua, sedangkan aku bersama teman lainnya.
Ke-esokan harinya ...
Komentar
Posting Komentar